Madyapadma35

Senin, 09 April 2012

Cerpen : Anak Baru

“Apaa?? Bakal ada orang yang numpang tinggal disini ma? Mama gak salah?” ucap Dila menggelegar.
“Buat apa mama boong? Ya beneranlah. Dia itu anak Tante Sarah, temen mama itu, dia baru keluar dari rehab narkoba, makanya mamanya minta tolong sama mama buat jagain dia biar gak ketemu bandarnya dia yang dulu lagi.” Ucap mama Dila menjelaskan.
“Hah? Baru keluar dari rehab? Apalagi itu ma, bahaya tau. Pokoknya aku gak setuju ada orang lain di rumah kita. Lagian di rumah ini udah gak ada tempat buat dia. Mama jagain anak 1 aja udah repot, malah mau jagain anak orang lain lagi.” Dila mencibir.
“Yang penting papa mama udah setuju, pendapatmu gak penting lagi. Masih ada tempat kok buat dia, di loteng. Jadi kamu harus bantu mama bersihin loteng karena besok dia bakal dateng kesini.” Mama Dila meninggalkannya yang setengah mati menahan gondok. Dila kalah.

“Kenalin, ini Eric, anak tante, dia emang sedikit sengak tapi orangnya baik kok.” Tante Sarah mengenalkan anaknya ke Dila.
Saat Dila mengulurkan tangannya hendak berkenalan, Eric hanya diam.
“Ish sombong.” Desis Dila pelan.
“Eric, nanti kamu sekolah bareng Dila ya, udah tante daftarin di sekolahnya Dila.”
Ivon mengangguk patuh tanpa berkata apa-apa. What the hell, mimpi apa aku semalem? Satu sekolah sama robot ginii  Dila sukses menganga denger ucapan mamanya. Semoga aku gak satu kelas sama anak ini ya tuhaaan, kalo sampe 1 kelas mati aku, Dila memohon dalam hati
Perjalanan Dila ke sekolah sukses membuat anak-anak SMA Kusuma Bangsa menatapnya heran, karena kemanapun dia pergi Eric selalu mengikuti bak bodyguard.  Awalnya Dila sabar tapi akhirnya kesabarannya habis juga.
“Kamu ngapain sih ikutin aku terus? Gak punya kerjaan ya?.” Semprot Dila.
“Aku kan anak baru, lagian cuma kamu yang aku kenal, aku harus ngikutin siapa selain kamu?” Eric membela dirinya.
Wajah Dila seketika memerah. Malu. Ia lupa Eric anak baru sehingga belum tau keadaan sekolahnya.
“Ya udah, kamu dapet kelas X apa? Aku anterin sekarang.”
“Yang bilang aku kelas X siapa? Sok tau. Aku kelas XII tau.” Eric berusaha menyembunyikan tawanya.
“Huaaa. Yayaya. Kelas XII apa kak?” Dila memberi tekanan pada kata ‘kak’ sehingga terdengar seperti menghina.
“Kelas XII IPS 2. Anterin ya dik, hahahaha.” Eric tertawa. Setelah hari itu, mereka semakin akrab.
    Eric terkejut mendengar hasil diagnose dokter yang mengatakan dirinya terkena radang paru-paru. Ternyata penyakit ini diakibatkan dari rokok yang selama ini diisapnya terus menerus. Setelah berhenti menggunakan narkoba, ia tidak bisa berhenti sama sekali, oleh karena itu ia melampiaskannya dengan rokok, itupun sudah dikuranginya sedikit demi sedikit.
“Terus, saya harus gimana dok?” Eric bingung bagaimana cara menjelaskan pada mamanya. Karena selama ini mamanya tau dia sudah benar-benar berhenti.
“Satu-satunya jalan yang terjamin keberhasilannya dengan terapi selama 1 bulan.”
“Dila?”
“Apa?” Dila menjawab dengan ogah.
“Aku mau cerita, tapi jaga rahasiaku baik-baik ya.” Eric menunggu jawaban Dila.
“Iya-iya apaan?”
“Please jangan bilang sama mama. Aku kena penyakit radang paru-paru. Semua gara-gara aku masih merokok. Mama taunya aku udah bersih, tapi aku gak bisa bener-bener berhenti, makanya aku ngelampiasin dengan ngerokok.”
“Tapi kamu sakit Ric, kamu harus kasitau mama kamu.” Dila menyarankan.
Eric sibuk menulis sesuatu di buku catatannya. Sesekali dia terbatuk-batuk dan menutup mulutnya.  Saat ini sedang jam istirahat, harusnya dia sudah permisi pulang. Tapi dia bertekad setelah menyelesaikannya, dia akan segera pulang.
“Eh, kalo ketemu Dila anak kelas X-1. Kasi ini buat dia ya.” Eric menitip buku catatannya pada temannya.
    Eric mengambil tasnya dan segera pulang. 1 bulan lagi dia akan kembali menemui Dila dan menjelaskan semuanya.
    Dila membuka buku catatan yang ada di genggamannya. Dibolak-baliknya catatan itu. Tapi terlihat seperti catatan biasa, tak ada yang istimewa. Tapi matanya menatap sesuatu yang istimewa, tulisan tangan rapi khas seorang laki-laki.
Untuk Dila,
Ini catatan Eric, lelaki tampan yang selama ini selalu kamu ejek :p. hmm, kamu manis kalo marah :D, jadi aku suka. Jangan cari aku. Aku udah nurutin apa kata-kata kamu. Aku udah kasitau mama. Sekarang aku mau terapi di Surabaya, kata mama biar jauh dari bandarku yang dulu. Tapi aku pasti balik lagi buat kamu. Aku sayang kamu, mau gak jadi pacarku? Harus mau ya, gak mau tau! :p
Hmm, bagi kamu mungkin aku sedikit pengecut nembak lewat catetan gaje kayak gini. Tapi jaga diri baik-baik yaa.
Eric ?
    Dila tersenyum simpul. Ya, dia memang mau, walaupun Eric tidak memaksa ia tetap menerima. Dila akan menunggu hingga Eric kembali untuk menemuinya. Kapanpun itu.

Oleh : Chandrika

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar