Madyapadma35

Minggu, 08 April 2012

Cerpen : Ciara

Matahari tak kenal lelah menyinari kita. Dihari yang cerah itu, seorang gadis belia berambut ikal sebahu sedang bermain-main bersama teman-temannya. Wajah mungil berkulit bersihnya bermandikan peluh. Mata coklat dan bibir kecilnya tidak henti-hentinya tertawa. Bel sekolah memutus waktu bermain mereka. Meski harus kembali berkutat dengan buku pelajaran, gadis itu kembali menuju kelas sambil bercanda dengan temannya. Ciara sukses mengikuti pelajaran hingga bel sekolah berbunyi. Menandakan waktu kembali kerumah sudah tiba. Sebelum pulang, Ciara dan teman-temannya menyempatkan diri berbelanja ke kantin untuk membeli es teh manis yang segar. Cuaca yang panas telah menghabiskan cairan didalam tubuh mereka. “Ciara, kok sepatu kamu itu-itu saja sih? Kamu gak punya sepatu lain ya?” Tanya Angel, teman Ciara dengan nada mengejek. “he-eh, dari awal sekolah selalu pake yang sama mulu deh! Gak punya uang ya?” seorang teman Angel menimpali. Ciara terkejut mendapatkan pertanyaan seperti itu. Namun ia pandai menutupi perasaannya, “hahahaha iya nih, ibuku belum membelikan yang baru” jawabnya sambul meringis. Viona dan Mella, sahabat dekat Ciara, langsung mengamit lengan Ciara. Membawanya pulang menjauhi Angel dan Fika yang tersenyum sangat angkuh. Selama perjalanan pulang, tidak ada satupun yang berbicara.  Kebetulan rumah mereka terletak di perumahan yang sama hanya terpisah beberapa rumah saja. Perumahan pun letaknya tidak jauh dari sekolah. Cukup berjalan selama 10 menit saja.  “Seharusnya kamu lawan mereka barusan, Ciara” Mella membuka suaranya. Ciara tidak berbicara apa-apa. Ia hanya menunduk melihat rok biru seragamnya. Ia tidak tau apa yang mesti ia katakan. Toh juga  Angel dan Fika  benar. Ia tidak punya uang untuk membeli sepatu baru. Semenjak ayahnya meninggal setahun yang lalu, keluarga Ciara harus hidup serba pas-pasan. Ia tidak miskin, hanya saja semua serba seadanya. “hei  Ciara, jangan pernah minder ya. Kamu cantik, juara kelas pula. Tidak usah dipikirin. Kita tetep temen kamu kok” kali ini Viona berkata sambil tersenyum lebar. Menampilkan gigi berkawatnya. Mella dan Viona sama-sama gadis yang berasal dari keluarga yang berada. Namun mereka dibesarkan dengan sederhana oleh keluaga mereka. Ciara menatap kedua sahabatnya. Ia merasa sangat bersyukur memiliki sahabat seperti mereka. Namun tak bs dipungkiri ia memang sangat iri terhadap teman-temannya yang berasal dari keluarga berada. Selama ini ia memang tidak pernah meminta kepada ibunya. Mungkin kali ini ia akan mencobanya.
Sesampai dirumah, Ciara disambut oleh bau masakan yang sedap pertanda Ibunya pulang lebih cepat. Ia memperhatikan wanita yang sangat ia sayangi sedang memotong tempe dan tahu. "Oh, hai Ciara! Bikin kaget aja. Tunggu sebentar ya sebentar lagi Mama selesai memasak" sambut Ibunya setelah menyadari kehadiran Ciara. "Iya Ma, santai aja" Ciara mengambil tempat duduk dan tidak berkata apa-apa.
"Kamu kenapa? Kok tumben diam saja?" Tanya Ibunya - Maria,
"Gak kenapa kok Ma" Ciara membalas pertanyaan Maria sambil memainkan jarinya.
"Ada yang ingin disampaikan?" Pancing Maria
"Eeng, mama tau Angel?" Ciara bertanya dengan ragu-ragu
"Tentu saja tau. Dia yang pernah kamu ceritakan itu ya? Yang agak sombong" kenang Maria. Ciara memang selalu bercerita apapun kepada Ibunya. Maklum, Ciara adalah anak semata wayang.
"Dia ngatain aku miskin. Cuma gara-gara aku pake sepatu yang itu-itu aja. Aku maluu Ma" ungkap Ciara seakan tak terbendung
Melihat anaknya seperti itu, Maria menghentikan kegiatannya kemudian duduk disebelah Ciara. "Kenapa tiba-tiba? Bukannya sepatu kamu masih baik-baik saja?" Suara Maria mengalun dengan lembut
"Aku malu Ma. Mereka selalu ngatain aku. Aku gak punya apa-apa" putus Ciara dengan kepala tertunduk.
Tangan lentik Maria mengelus kepala Ciara dengan sayang "mama minta maaf, sekarang Mama belum bisa membelikan kamu sepatu baru, Sayang. Kan mama baru saja membayar uang sekolah dan seragam barumu". Ciara putus asa, ia sudah tau ia akan mendapat jawaban seperti itu. Yah, setidaknya ia sudah mencoba bertanya. "Tapi Ciara, jangan pernah bilang bahwa kamu tidak punya apa-apa." Ciara mengangkat wajahnya. Matanya beradu dengan mata hijau yang sangat jernih. "Kamu memiliki cinta Mama. Kamu yang memiliki sepenuhnya yang orang lain miliki. Ingat itu, Sayang. Kamu bersabar ya? Mama janji akan mencari uang tambahan." Ucap Maria dengan suara selembut beledu yang telah sukses membuat mata Ciara berair. Serta merta Ia memeluk Ibunya dengan erat. Ibunyalah kekayaannya, segalanya. Bukan masalah bila tidak mempunyai sepatu bagus seperti Angel dkk, setidaknya Ia memiliki Ibu yang tidak dimiliki orang lain.

The End

Oleh : Tara Raviyoga

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar