Madyapadma35

Minggu, 08 April 2012

Cerpen : Di Balik Fajar

Aku kembali memimpikan sosok Dion yang sangat-sangat aku rindukan. Aku bermimpi dia menemuiku seperti biasa, berpakaian serba putih lalu menyambutku hangat. “Hai…”, sapanya ramah sambil duduk di bangku taman itu. Matanya tampak sayu, hanya ada seulas senyum yang menemani kesendiriannya. Aku kembali mengerjap-ngerjapkan mataku, seolah tak percaya dengan apa yang aku lihat. Dion menghampiriku dan menyapaku? Pikiran itu membuatku pusing. Ku putuskan untuk duduk di dekatnya, namun ku berusaha memeluknya, tapi tak kurasakan pelukan hangat kulit putihnya. Tanganku hanya kaku menembus tubuh yang membeku itu. “A-aku ka-kangen ka-kamu”, kataku sedikit terbata seperti anak kecil yang baru belajar berbicara. Tapi Dion tak membalas sautan kecilku, dia hanya diam membisu sambil tersenyum. Kembali aku temukan senyum sayu yang membuatku mati beku. “Kamu pasti bakal menemukan penggantiku. Dan sungguh kamu tak akan percaya kamu seperti menemukan jiwaku disana”, kata Dion lemah sembari pergi melangkah tanpa arah. Saat itu kurasakan sinar hangat dan tak ku lihat kini sosok yang sejak tadi duduk di bangku taman itu.

Aku tak mengerti maksud mimpiku semalam itu. Mama kelihatan sibuk dengan sarapan yang dilahapnya, begitu pula Kevin, tak kulihat sosok yang selalu usil terhadapku itu. Kini semua telah berubah. Semenjak kepergian Dion yang membuatku seakan lemas dan tak karuan, kini keluargaku sudah kembali seperti dulu lagi. Tak ada Mama yang dulu asyik dengan kesibukannya sendiri, kini malah meluangkan waktunya untuk menemaniku kini. Dan Kevin, adik kecilku sudah ikutan berubah, padahal aku rindu dengan kejahilannya, namun tak kutemukan kejahilannya yang membuatku naik darah. “Makan dulu sarapannya”, kata Papa lembut. Begitu juga dalam sosok papa yang selalu sibuk, kini tak ada lagi kesibukan di raut wajah papaku tadi. Namun yang ada hanyalah senyum yang aku yakin dan membuatku aneh, Nampak keanehan diantara semuanya, ku tatap sekelilingku dan benar dugaanku. Mungkin semua berubah demi aku, gumamku.
Bip…bip…
Handphoneku berbunyi tepat setelah aku menyantap sarapan yang diberikan Mama dengan buas.
Aku udah di depan rumahmu. Cepetan keluar. Pegel nih nungguin kamu dari tadi. Bian.
Ngapain Bian sms aku dan menjemputku segala? Ku rasa ada yang aneh dengan sikap Bian kini. Aku segera menyambar dan menyampir tasku di pundak. Tak lupa aku berpamitan dengan kedua orangtuaku. Semua hanya tersenyum jahil melihat tingkah anehku.

Oleh : Dekna

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar