Madyapadma35

Minggu, 08 April 2012

Cerpen : Sesuatu Yang Keras Namun Bukan Berlian, Lembut Namun Bukan Kapas, Dan Sangat Berharga Namun Bukan Mutiara

Seorang yang renta dan tidak asing bagiku, sering berkunjung ke tempatku sekedar berbincang-bincang, dan bersih-bersih, aku teringat pada masa saat aku dan dia masih bisa bercanda tawa bersama-sama.
“Aldi.., aldi…, aldi…,” terdengar seseorang memanggilku di luar sana, dan ketika ku membuka jendela, hal yang sudah biasa namun selalu ku tunggu-tunggu datang juga, yap.. berangkat ke sekolah bersama teman baik seperjuanganku, “bayu ada PR hari ini”  basa basi yang sering ku lontarkan setiap pagi dengannya, dan seperti biasa juga ia menjawab “enggak lah, emang kapan guru ada sms ngasik PR ke kita?” bayu adalah nama teman karibku yang sangat dekat, hampir setiap hari aku selalu menghabiskan waktuku bersama teman baikku, dengan jalan-jalan keluar rumah bersama, membuat tugas bersama dan belajar kelompok, di sekolah aku benar-benar beruntung, karena setiap kenaikan kelas, kelasku selalu sama dengannya, sehingga semua orang di sekolah menganggap kami bagaikan surat dan perangko selalu nempel. Namun suatu hari pertemanan kami terputus, karena kesalah pahaman, ketika itu ica datang menghampiriku dengan air mata yang mengalir tanpa henti dari wajahnya, ica adalah wanita yang menjadi tambatan hati bayu. Ketika ia duduk di dekatku dan meminta untuk menyandarkan diriya di pundakku ia pun bercerita tentang keluh kesahnya terhadap bayu belakangan ini, “aldi kamu tau gak bayu kenapa? Belakangan ini ia selalu tidak menganggap ku ada, walaupun saat kami makan malam berdua” aku berusaha menenangkannya dengan     jawaban yang di selingi dengan candaan khasku “mungkin di pikirannya masih banyak beban, sehingga kamu yea.. di kacangin kayak kacang kulit” ketika aku telah menenangkan hatinya, bayu melihat kami berdua dan mengangggap kami bermesraan, dengan pandangan amarah yang tinggi ia pun melanjutkan perjalanannya menuju kelas, pada saat itu sontak aku sebagai sahabat baiknya dan ica sebagai kekasihnya berlari menuju bayu yang telah terbakar api cemburu, aku dan ica mencoba menjelaskannya dan seperti yang terduga ia berlalu begitu saja, menjauhi dan memusuhiku, aku pun mencoba untuk berbaikan dengannya dengan menjelaskan bahwa “ica bukan bermaksud selingkuh denganku di belakangmu, melainkan ia hanya mencurahkan segala penat hatinya denganmu kepadaku,” walaupun telah ku jelaskan beberapa kali, namun ia tetap memusuhiku dan menjauhiku, setelah beberapa lama ia menjauhiku, tiba dimana saat hari ulang tahunku dengannya, karena kebetulan, kami lahir di hari yang sama dengan jam yang berbeda. Di sana telah ku persiapkan ucapan maaf ku sebesar-besarnya kepada bayu, namun ia menjawab dengan penuh amarah yang telah di pendamnya sejak lama di depanku, “aldi… kamu adalah teman yang telah menusukku dari belakang, merebut harapanku, kamu adalah sahabat yang bermain di belakangku, bermuka tebal…“ tanpa menunggu perkataan kasarnya lagi aku berusaha merangkul dan memeluknya, namun ia mendorongku dengan wajah yang kesal dan berlalu begitu saja, ketika itu pun rasa nyeri yang tak tertahankan pada jantungku mulai bergejolak, aku pun terjatuh begitu saja, melihat robohnya diriku bayu yang semulanya ingin berlari kearah parkiran untuk pulang berubah pikiran dan menghampiriku, menggendongku kearah rumah sakit yang memang tidak jauh dari tempat perayaan ulang tahun itu, ketika aku dan bayu tiba dirumah sakit, perawat di rumah sakit itu mengantikan tugas sahabatku bayu, membawaku ke dokter dan menganalisis keadaanku, sedangkan bayu bersama keluargaku yang telah di hubungi oleh ica menunggu di ruang tunggu, setelah lama mereka menunggu, dokter tiba menghampiri mereka dengan raut wajah yang tidak menyenangkan, disana dokter tersebut berkata yang sangat tidak diinginkan oleh semua orang terdekatku, “ibu dan bapak, orang tua dari aldi ya?” begitu sapa pertama dokter yang mendiagnosaku, dan berlanjut pada inti dari perbincangan itu “bapak ibu aldi, dan adik yang membawa aldi ke sini, dengan berat hati saya harus mengatakan ini, bahwa dari ciri-ciri yang di derita oleh aldi, kami menyimpulkan bahwa aldi terkena serangan jantung yang sangat akut, nyawanya tidak akan tertolong hingga dua hari ke depan, sehingga salah satunya harapan bahwa ada pendonor jantung yang sesuai dengan aldi, namun hal ini jangan sampai terdengar oleh aldi, karena itu sangat membahayakan nyawanya sendiri”, pada saat itu semua yang berada di ruang tunggu itu memeriksakan jantungnya, apakah cocok dengan aldi, namun hasilnya nihil, semua dari jantung mereka, tidak ada yang cocok dengan aldi, karena ukuran jantung aldi memang tidak biasa dan bisa di bilang langka. Orang tua aldi pun pasrah dan mengikhlaskan aldi, namun teman aldi termasuk bayu pantang menyerah, mereka berusaha menghibur aldi, sampai di terakhir kalinya bayu mengajak aku keluar mencari udara segar, aku tidak mengetahui bahwa saat itulah hari terakhirku jalan besama dengan bayu, ketika bayu menceritakan semuanya kepadaku, tentang penyakitku, dan segala hal yang terjadi saat aku pingsan, aku merasa tidak begitu kaget, karena kami berjanji tidak ada yang di tutup tutupi, meski itu membahayakan nyawa diantara kami berdua. Saat aku mengetahui penyakitku yang tak tertolong lagi, aku mengucapkan permohonan maaf ku yang terakhir kali dan kata terakhir   dengan linangan air mata yang mengalir begitu saja ”bayu, maafin aku sama ica ya, kita bukan bermaksud bermesraan di belakangmu, itu hanya kesalah pahaman saja, dan aku Cuma mau ngasik tau kamu sesuatu, kamu harus selalu ingat ini, jika memiliki seorang yang berarti seperti aku yaitu, sesuatu yang keras namun bukan berlian, lembut namun bukan kapas, dan sangat berharga namun bukan mutiara” bayu pun heran tak mengerti mendengar kata-kataku yang baru saja terlontar, ia pun membalas perkataanku, “sesuatu yang keras namun bukan berlian, lembut namun bukan kapas, dan sangat berharga namun bukan mutiara? Apa itu?” dengan nafasku yang terakhir aku menjawab dengan terpatah-patah, “SAHABAT kawan, sahabat  adalah teman yang tidak akan pernah bisa tergantikan selamanya, jadi jangan sampai kau retakan persahabatan itu” ketika itu pun aku telah menghembuskan nafas terakhirku dan terjatuh di bawah pangkuan bayu, dengan air mata yang berlinang di wajah bayu dan menetes ke wajah ku, bayu menyadari segala kesalahan dan ke egoisannya dulu terhadap aldi, saat upacara pemakamanku, selain orang tuaku, bayu adalah orang yang paling terpukul dan merasa bersalah kepada ku. Semenjak  itu pun, setiap pulang sekolah, ia terus mengunjungi kuburanku, sekedar berbincang, membersihkan kuburanku, dan menaburkan bunga hingga hari tua menjemputnya.  

Oleh : Bagus Pramundana

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar