Madyapadma35

Selasa, 22 Mei 2012

Ketika Aku Menati dan Mendapatkannya

“Untuk seluruh anggota Tim Optimasi kelas X dan XI berkumpul sepulang sekolah di ruang pertemuan atas.“ begitulah pengumuman yang disampaikan ketika sebelum pulang sekolah.

Teng……..teng……. Yee…., sorak sorai kawan-kawanku ketika bel berbunyi. ”Aku cari temen-temen yang lainnya dulu ya.” Dengan semangatnya berjalan menuju ke kelas sepuluh-sepuluh lainnya. “yuk kumpul keruang atas.” Beberapa kali ia terlihat bolak-balik keatas dan kebawah. “Wee, tunggu.” Setelah sampainya aku diruang atas aku langsung menduduki kursi paling tengah di depan, biar keliatan. “Aduhh, hatiku sudah tidak sabaran menunggu apa yang akan diumumkan hari ini.” Datanglah pak Kepala Sekolah dan beberapa guru yang mendampingi beliau.
 Cek…cek... “Selamat siang semua, ”Siang, berseru aku berteriak.” sebelum memulai kegiatan kita haturkan panganjali umat Om Swastyastu, dengan wibawa dan sumbringahnya senyum pak Kepala.” Pak kepala sengaja mengumpulkan aku dan kawan-kawanku disini membahas masalah seleksi Olimpiade Sains Nasional Tingkat Kabupaten tahun ini. Aku melirik teman-temanku, memperhatikan raut muka mereka yang berwarna-warni. Ada yang ragu, pucat bahkan ada sampai bersemangat dan bersinergi sekali. “Aku juga salah satunya.” Aku selalu memperhatikan apa yang disampaikan oleh pak Kepala. Seketika aku terdiam dan mengingat masa lalu, bagaimana aku mati-matian berjuang untuk menjadi yang terbaik agar tergabung dalam tim Olimpiade Sains Trisma. “dalam benakku aku berkata, ya tuhan terima kasih engkau telah memberikan yang terbaik dan mengabulkan doa-doaku ini. Aku sangatlah terharu jika aku ingat masa pada sebelum aku masuk tim ini dan harus bersaing dengan sangat ketat melawan seratus orang yang terpilih pada saat itu. Tapi aku yakin aku pasti bisa menjadi salah satunya. “Itu memang benar.”
Seseorang kemudian menyapa ku “we, jangan ngelamun, dengerin apa yang dibilang sama pak-nya” “ia, ia udah kok ni tenang aja.” Tujuan utama aku dan teman-teman dikumpulkan kemari adalah diberikan informasi bahwa seleksi OSN akan dilaksanakan pada bulan April ini.
Pak Kepala Sekolah sudah mewanti-wanti pada kami semua, lakukanlah yang terbaik kepada sekolah ini, kami akan memfasilitasi semua apa yang kalian perlukan nanti, selama kami mampu membantunya. Terdengar dalam benak hatiku, “benar-benar pengorbanan yang sangat besar dan mulia bagi kami, kebanggaan yang sangat besar untuk kita dapat berdiri disini.” Setelah selesai menyapaikan pengumuman, mulailah kita untuk mempersiapkan diri untuk menjalani karantina selama tiga minggu penuh, tak belajar dikelas dan harus fokus pada satu apa yang kita akan pelajari. Astronomi memang bukan pelajaran yang biasa, semua materi mulai dari matematika, fisika, geografi, sampai bahasa inggrispun turut mewarnai penghantarku yang akan ku emban. “Aku tak perlu takut dengan hal-hal seperti itu, dari pada aku mundur lebih baik aku gunakan kesempatan yang baik ini untuk menggali potensi ku lebih dalam, ciaaa ellah, ya ndak apa lah yang penting semangat”.
Ruang perpustakaan adalah kelas belajar kami selama 3 minggu. Teman-teman kelasku juga berkunjung pada waktu istirahat, sambil memberikan semmangat dan motivasi pada ku “thanks ya.” Hari demi hari aku jalani dengan senyum dan pantang menyerah, sesambil membaca dan mempelajari materi bersama kakak kelas ku yang benar-benar baik, sebut saja kak Surya. Ditambah dengan anak perempuan yang bernama Rika.
Guru pendamping kami yaitu bu Dera, bu Yogi, dan pak Adi Sukaryawan selalu mendampngi kami dalam setiap belajar, menanyakan perkembangan kami setelah beberapa hari aku dan semuanya menjalani karantina. Tak sungkan hati aku pun bercerita dan bersapa ria dikala waktuku belajar. Aku belajar sendiri dalam bidang Astronomi ini. Belum ada Dosen, padahal kami sangat menginginkan adanya dosen untuk menfajari nkta. Agar sama dengan beberapa tim lainnya. “Tak apalah, aku masih bisa berbuat yang terbaik untuk diriku.” Aku tak terlalu biasa untuk mengeluh kepada orang lain, menanyakan dosen atau dosen lagi. Kadang kala aku juga merasa berat hati, kenap kami tidak dicarikan dosen?. “Bukannya kami manja menjadi orang, tapi karena mata pelajarannya yang harus menuntut. Setidaknya ada dosenlah yang mengajari.“ suatu ketika aku membaca sebuah buku yang ada di perpustakaan tentang perjalanan OSN 2010, aku menggenggam buku itu kesana-kemari, membaca dan melihat apa yang sebenarnya mereka dapatkan, dan lakukan.
Mataku tertuju pada sebuah halaman yang dimana sebagai peraih mendali Emas OSN 2011 bidang astronomi. Perempuan yang hidup dengan kesederhanaan berbekal buku, dan laptop membuat ia menjadi sukses. Walaupun dia hanya seorang yang sangat tidak mampu. “Aku merasakan apa yang sebenarnya dia rasakan, dia belajar mandiri sedangkan aku nungkin terlau menanti-nanti kehadiran dosen untuk mengajari kami.”
Satu minggu lebih sebelum seleksi ini akan diadakan akhirnya kami diajak untuk belajar di Singaraja. “Waow, ya Tuhan terima kasih, akhirnya kami sudah dapat belajar bersama dosen. Diriku sendiri sudah tidak bisa memendam rasa senang ku ini. Bagaimana lagi, Ya Tuhan terima kasih.” Aku sangat bersemanagt sekali untuk belajar bersama dosen, aku sudah lama menatikan hari-hari seperti ini. Akhirnya aku, teman-temanku dan kakak-kakakku didampngi bu Yogi serta restu dari orang tua dan Kepala sekolah mengiringi kami sampai ditempat tujuan dengan selamat.
Hari pertama kami pun bersama berangkat munuju kampus menggunakan angkutan umum. Sambil mendengar kata kata yang taka sing lagi buat kita agar tidak jenuh “Tomcat-tomcat.” Ketawa cekikan mengiringi udara pagi yang tenang. Sampai di kampus hatiku sudah merasa tidak sabaran lagi untuk diajari oleh dosen. “Ayo, cepatlah, kenapa lam sekalil aku sudah tidak sabaran.” Tepat pukul 09.00 aku dan yang lainya diberika pengarahan untuk jadwal pembinaan. “tentunya diriku tidak melewatkan segentil kata yang terucapkan.”
Mulai kami diajari oleh pak dosen. Pertama-tama, semangatku dan gairahku belajar sangatlah tinggi. Tapi setelah beberpa waktu berlalu aku mulai bosan dengan metode belajar dan materi yang akan di bahas. “ aduhh, kok ini ya materi yang dikasi, jauh dari harapanku yang semula, padahal materi ini sudahlah awal sekali aku pelajari, tapi kok ini lagi.” Aku masih mengharga kok apa yang diberikan oleh pak dosen. Tapi selam kami dikarantina, metode belajarnya masih juga sanagt monotone dan membuat kurang bagiku. Aku berpikir dalam diriku, “Ketika aku belum mendapatkan yang kuinginkan, aku berusaha untuk mencarinya dan memintanya, tapi setelah aku mendapatkannya aku belum merasa puas apa yang telah aku dapatkan. Bukannya aku tidak menghargai.” Tapi setelah aku berpikir lebih jauh, aku mendapatkan sesuatu yang benar berharga yang dapat ku terapkan kedepannya yang bukan hanya bergantung saja pada orang lain. Tetap Semangat!.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar