Madyapadma35

Selasa, 22 Mei 2012

24 Oktober 2011

       Seperti halnya musim hujan dan kemarau, kata kehidupan dan kematian sama kontrasnya dengan dua jalur dalam hidup.  Kata ibuku waktu yang paling dekat dengan kita adalah kematian, karena kita tidak akan  pernah tahu kapan Tuhan memanggil kita pulang ke tempatnya.Yah, beginilah yang namanya hidup, takdir dan nasib sudah ada di tangan Tuhan.Bagiku hal yang paling mengesalkan dan menyedihkan adalah saat kita kehilangan orang  terdekat, terlebihnya jika masih ada hubungan saudara. Rasa sedih yang aku rasakan sangat mendalam karena orang yang aku sebut paman tersebut sudah tiada.

Kisah ini berawal saat aku duduk di bangku SMA pada saat semester satu. Hal yang tidak aku sangka terjadi, yaitu saat pamanku meninggal dunia. Pamanku yang kusayang kakak dari ayahku, tepatnya pada tanggal 24 Oktober 2011 ia sudah tiada. Ini bermula dari sakit jantung yang menyerang tubuhnya. 3 tahun yang lalu, tepatnya ketika aku masih belajar di bangku SMP kelas satu, dokter sudah memvonis bahwa beliau terserang penyakit jantung. Disarankan agar ia beristirahat yang banyak, akan tetapi karena pamanku suka ber-olahraga ia berupaya mengurangi penyakitnya dengan bersepeda dan mendaki gunung. Hingga suatu saat, ketika  ia mendaki Gunung Bromo bersama rombongan teman-temannya, serangan sesak di dadanya kumat, segera teman-temannya mengangkut pamanku ke bawah kaki gunung  menuju mobil. Dari kejadian itu ia mulai sering menjalani rawat-inap di rumah sakit.Pada awalnya aku sering berkunjung ke rumah sakit, karena saat itu merupakan liburan kenaikan kelas yang berjalan selama satu bulan lamanya. Tetapi saat kelas tiga SMP, aku mulai jarang berkunjung ke rumah sakit dimana pamanku di rawat. Entah mengerjakan tugas sekolah, mengikuti kursus dan yang paling jelas dialami oleh anak – anak  kelas tiga SMP yaitu mengikuti Ujian Nasional(UN). Setelah berlalunya Ujian Nasional dan penerimaan ijazah, kondisi fisik dan stamina pamanku  membaik. Aktivitasnya dapat berjalan seperti biasa. Olahraga kesukaannya pun tetap ia jalani, seperti mendaki dan bersepeda. Akupun senang melihat kesehatannya membaik. Pada setiap upacara dan odalan di kampung, aku selalu melihatnya dengan keadaan sehat, bahkan seakan – akan ia nampak tidak sakit. Waktu berkisar lama sekitar sembilan bulan hingga tidak ada kabar dari saudara – saudara mengenai pamanku. Hingga kali ini, aku mendapati berita mengenai pamanku, bukan untuk yang kedua maupun ketiga kalinya dan entah untuk yang keberapa kalinya pamanku diharuskan untuk mengikuti rawat inap di rumah sakit. Ayahku jadi sering menemani paman mengikuti cek lab hingga cuci darah dan lebih sering tidur di rumah sakit untuk mengontrol. Satu, dua, tiga hari baik – baik saja, hingga hari keempat kondisinya semakin kritis. Ketika di rumah sakitpun kondisinya kian puruk tanpa perubahan fisik maupun mental. Selang yang menjalar di sekujur tubuhnya hanya dapat membantu pamanku untuk bertahan hidup. Secara garis besar, kata dokter hidup pamanku saat itu sudah tidak panjang lagi. Jika selang infus yang terdapat di tubuhnya tersebut di cabut maka hidupnya pun akan tercabut. Jika hidup tercabut, rohnya pun binasa dan jika roh tersebut binasa beliau akan pergi untuk selamanya.  Ketiga putri pamanku kurang bisa merelakan ayahnya, apalagi jika infus tersebut dicabut. Sedangkan bibiku hanya bisa pasrah dengan yang diatas. Sayangnya, ketika itu aku tidak berada di rumah sakit, hingga aku tidak sempat melihat paman untuk terakhir kalinya. Pada keesokan harinya, aku diberitahu ibuku jika pamanku sudah meninggal. Aku menangis saat mendengar kabar duka tersebut. Tidak pernah terbayangkan di benakku jika pamanku meninggal begitu cepat.Bergegas aku dan keluargaku pergi ke kampungku, aku tahu secepat apapun aku pergi, dia tidak akan bangkit kembali.
Dari pengalaman inipun bisa aku lihat bahwa kesehatan adalah prioritas utama dalam hidup.
“The first wealth is health”-Ralph Waldo Emerson.
Kekayaan utama adalah kesehatan.

Tanggal 24 Oktober 2011, pukul 10 : 04 merupakan hari yang paling sedih bagiku sepanjang tahun 2011 ini. Hari dimana pamanku meninggal dunia. Semoga engkau diberkati Tuhan dan dapat diterima disisinya dengan tenang.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar