Madyapadma35

Senin, 09 April 2012

Cerpen : Kerinduan Akan Hangatnya Keluarga

Dihari itu, aku terbangun dari tidur lelapku. Dari sudut jendela,mentari pagi telah menyinari seisi dunia dengan diiringi kicauan burung yang merdu sehingga membuat suasana disekitarku hening. Tapi beberapa saat kemudian , tiba-tiba suara piring jatuh dan tamparan Papa ke Mama menggantikan keheningan yang kurasakan.
    Hari itu, yang menemaniku hanyalah si Bibi. Si bibi sudah seperti mama kandungku, karena ialah yang merawatku dari bayi sampai sekarang. “Non , Non gak sarapan dulu?” , ujar bibi. “Gak Bi, Cinta udah kesiangan nih” ujarku. “Iya, non hati-hati ya! Kalau ada apa-apa telpon bibi” , ujarnya.“Iya Bi, nggak usak khawatir”, jawabku.
     Sepulang sekolah , aku telah ditunggu oleh pacarku yang setia, Rama. Dialah yang selalu ada disaat aku suka maupun duka. “Hai Cinta, jadi kita makan siang dan nonton hari ini ?” tanyanya.
“Iya jadi dong. Ya udah, kita berangkat sekarang aja yuk.” Disana pun membuatku melupakan semua masalah yang telah menimpaku tadi.
      Malamnya, aku ada janji dengan dokter langganan keluargaku di Rumah Sakit. Sesampainya disana, aku terkejut. Dokter mengatakan, “Cinta,kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi.”
“Mak ..maksud Dokter ?”, tanyaku gugup.“Maaf sebelumnya. Cinta, kamu mengidap penyakit tumor otak stadium 4, yang sudah tidak dapat disembuhkan. Sebaiknya kamu mengatakan ini kepada orang tuamu.”
“Tidak , Dok … Cinta nggak mau seseorang tau tentang hal ini.”
“Tapi …..”
“Cinta mohon, biar ini jadi rahasia kita berdua ya Dok.”
“ … Baiklah kalau begitu.”
       Di perjalanan menuju rumah, aku pun terus memikirkan masalah tadi. “Tuhan, masalah yang satu belum selesai engapa masalah lain datang?” batinku berkata.
     Sesampainya dirumah, aku disambut lagi dengan pertengkaran dan kegaduhan yang dibuat oleh kedua orang tuaku, sampai-sampai tetangga di sebelah rumahku datang untuk melihatnya. Aku sungguh malu, secepatnya aku beranjak menuju kamarku. Didalam kamar aku menggerutu, “Kenapa sih mereka selalu bertengkar ? Apakah mereka tidak mengenal waktu untuk bertengkar ? Apakah setiap pagi tidak cukup ?”
    Bibi pun datang dan berkata “Non, non tidak boleh berkata seperti itu”, sambil menenangkanku.“Biarin aja Bi, apa itu yang mereka sebut diri mereka orang tua ? yang satu selingkuh, yang satu nggak pernah ada dirumah! Lebih baik Cinta nggak pernah punya orang tua Bi!”.  “Tapi Non, biar bagaimana pun mereka tetap orang tua Non, yang merawat Non dari kecil sampai sekarang.” Aku hanya bisa menangis. Dibenakku aku masih memikirkan penyakitku ini. Aku hanya bisa pasrah kepada Tuhan                  
     Hari ini, tepat tanggal 14 Februari , yang merupakan hari special bagiku. Karena hari ini adalah hari ulang tahunku. Tapi apa yang kudapat ? Hanya pertengkaran Mama dan Papa. Padahal aku berharap hari ini adalah hari disaat aku melihat Mama dan Papa ku tersenyum dan berkumpul bersama, walau hanya satu hari saja aku dapat menikmatinya disaat ulang tahunku yang ke 17 ini.  Papa dan Mama memberikan ku nama Cinta, agar aku selalu mendapatkan cinta kasih sayang dari siapapun. Tapi semua itu tidak benar.                    
     Pagi-pagi benar aku mendapat pesan singkat dari Rama.
 “Happy Birthday ya Sayang, semoga pada ulang tahunmu ini, kamu selalu dilimpahkan kasih saying dan diberikan umur yang panjang.” Aku sangat bahagia sekaligus sedih saat membacanya.
     Sesampainya disekolah, teman-temanku memberikan kado buatku, sekaligus merayakan Hari Valentine. “Happy Birthday ya Cin, semoga kamu tambah cantik dan panjang umur” , ujar sahabatku , Sinta , Indah dan Lutvi.
     Sore harinya aku bersama teman-teman merayakan ulang tahunku disebuah restoran berpanorama Sunset yang indah dan menawan. Disana aku dan eman-teman bersuka ria bersama. “Happy Birthday to you …” lantunan lagu selamat ulang tahun terdengar begitu merdu. Namun , pada tengah-tengah acara aku terkulai lemas tak sadarkan diri. Rama yang ada disampingku begitu panik dan langsung membawaku kerumah sakit. Tanpa sadar, aku telah berada dirumah sakit. Dan saat ku membuka mata, aku melihat Mama dan Papa berada disampingku. “Cinta, kamu harus bertahan Nak. Maafkan Mama dan Papa yang telah menyia-nyiakanmu selama ini dan tidak pernah menemanimu.”
 “Iya Ma, Pa. Satu hal yang ingin Cinta minta dari Mama dan Papa” , ujarku lemah.
 “Apa Nak ? sebisa mungkin Mama dan Papa akan memenuhinya.”
“Cinta hanya minta Mama dan Papa untuk tersenyum. Cinta ingin sekali melihat senyuman kalian yang sudah lama sekali tidak Cinta lihat.” Mereka pun mulai tersenyum kepadaku dan aku ppun membalas senyuman itu. Samar-samar kurasakan, nafasku berhenti berhembus, jantungku berhenti berdegup, darahku berhenti mengalir, dan pandangan disekitarku menjadi gelap.
     Dalam senyuman terakhirku, aku merasa lega dan tersirat bahwa aku ingin mengatakan “Aku sangat merindukan kehangatan keluarga, terutama dari Mama dan Papa.” 

Oleh : Yana

Comments
3 Comments

3 komentar:

Cerpennya bagus kak
kunjungi blog ku juga ya kak di http://www.behindthesimplicity.blogspot.com

Bisa tolong berikan unsur intrinsik beserta alasannya sekalian.
Terimakasih

Posting Komentar